L U C A S #9
#9
------------------------------------------------------
Waktu istirahat.
Ara yang biasanya langsung capcus ke kantin kini macet di depan pintu
kelasnya. Maju selangkah lalu mundur lagi. Maju lagi lalu mundur lagi.
Freya yang sejak tadi bersamanya hanya memandang heran. Sejak kemarin
dia memang merasa ada yang aneh dengan sahabatnya ini. Tidak fokus,
takut lalu mencoba teriak tapi sekuat tenaga ditahan.
"Ada apa denganmu, Ra?" Akhirnya Freya bertanya juga karna sudah tidak tahan melihat tingkah polah aneh sahabatnya.
"Haduh!! Mampus mampus."
"Mampus? Apanya? Siapa yang mampus?"
"Aku, Fre. Aku yang bakalan mampus."
Freya mengerutkan kening. "Loh kok bisa? Memangnya ada apa? Cerita dong!"
"Kemarin! Hah.. rasanya aku mau mati saja."
"Kemarin? Ada apa dengan kemarin?" Tanya Freya semakin penasaran.
Ara menarik nafas dalam-dalam.sebelum dihembuskan pelan-pelan.
"Kemarin Kak Lucas masuk toilet cewek dan menahanku disana. Dan kamu tahu apa yang dia katakan?"
"Apa?"
Ara mulai menceritakan semuanya. Sampai titik Lucas bilang sudah jatuh cinta padanya.
"GILAAA!!" Teriak Freya histeris membuat semua orang memandangi mereka sekarang.
Ara hanya nyengir dan segera menarik tangan Freya ke toilet, bersembunyi disalah satu bilik.
"Bagaimana bisa?" Bisik Freya saat sudah berhasil mengontrol keterkejutannya tadi.
"Entahlah." Ara murung seketika.
"Ini bahaya. Ini awal dari hal buruk." Tebak Freya.
"Sekarang bagaimana? Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak siap harus berhadapan dengan dia."
"Tapi melihat dia seperti itu, aku tidak yakin Kak Lucas akan membiarkanmu begitu saja."
"Lalu aku harus bagaimana?" Tanya Ara lagi.
Freya menepuk pundak Ara memberi gadis itu kekuatan. "Yang sabar ya."
Ara mengangguk pasrah. Memang sudah takdirnya seperti ini. Siap tidak siap, mau tidak mau dia memang harus menghadapi Lucas.
Orang yang sangat dia hindari justru sedang berdiri depan pintu
toilet lengkap dengan bawahannya, Dareen dan Aditya yang diketahui
memang suka mengekor kemanapun Lucas pergi.
"Memang benar ya gadis di toilet itu lamanya minta ampun? Ini sudah
hampir 15 menit mereka di dalam. Tapi tidak muncul-muncul juga.
Jangan-jangan pingsan? Wah bahaya nih harus pertolongan pertama."
Lucas sudah siap menodai toilet wanita yang keramat itu dengan keberadaannya, lalu dihalau Aditya dengan cepat.
"Jangan aneh-aneh Luc. Bisa habis dimakan Bu Endang nanti kalau kamu
masuk ke dalam. Lagipula mana ada pingsan dua-duanya? Memang mereka
ngapain." Aditya menarik bahu Lucas kembali mundur.
"Mungkin saja kan. Siapa yang tahu kehendak Tuhan?"
Aditya mendengus. Mulai tidak warasnya ini temannya satu.
Lucas kembali menyandarkan punggungnya ke tembok dan kembali
menunggu. Beberapa siswi kelas satu yang mau masuk toilet terpaksa nahan
pipis ataupun harus mohon-mohon guru untuk dibiarkan buang hajat
disana. Atau kalau mau nekat ya ke toilet atas kelas sebelas dan siap
bertemu senior tingkat atas daripada harus berurusan dengan Lucas.
Bisa-bisa tidak jadi pipis di toilet, tapi ngompol dicelana.
"Nah itu orangnya muncul juga." Dareen membuka suara setelah melihat sosok Ara dan temannya si kuncir kuda tinggi.
"Kau ini ngapain saja didalam? Lama banget." Tanya Lucas kesal.
"Lalu kakak ngapain disini? Mau mesum?" Balas Ara galak menyembunyikan rasa
was-was, takut.
"Memang apa yang mau di-mesum-in dari badan kecil mungil seperti ini?"
Aditya dan Dareen sudah siap tertawa tapi ditahan takut srmakin
menyakiti perasaan Ara meskipun ada benarnya. Ara gadis SMA tapi postur
tubuh mungkin lebih cocok untuk anak SD. Kurus dan tipis tidak ada
tonjolan apapun.
"Minggir!" Ara berseru kesal mendorong dada Lucas agar menyingkir sehingga dia bisa lewat.
Tapi tangan Lucas jauh lebih cekatan segera menggenggam tangan itu tenggelam di dalam tangan kekarnya.
"Kalian antar saja temannya, aku ada urusan sama bocah ini."
Aditya mengacungkan jempolnya ke udara lalu melihat teman Ara yang
hanya mangap-mangap mencoba menahan tapi tidak bisa melakukan apapun.
"Udahlah. Ara aman kalau sama Lucas. Yok aku antar ke kelas." Kata
Aditya mengamati atas, kebawah kembali ke atas secara tidak sopan
membuat Freya risih.
"Jangan lihat macam begitu, Dit. Mesum banget kesannya." Dareen memcemooh.
Aditya hanya mengangkat bahu. "Apa adik kelas kita memang kurus
kurang makan begini ya? Ini guru-guru kerja rodi apa romusha sampai
badan tidak ada bedanya dengan lidi."
Freya mendengus. "Kakak juga kurus, jangan ngatain sesama kurus lah."
"Akhirnya bicara juga. Aku kira tadi bisu."
Dareen tergelak sudah tidak tahan menahan ketawanya. Tipuan murahan
ala Aditya lolos tembus pada Freya. Sedangkan Freya yang baru sadar
hanya tersenyum masam lalu berjalan pergi begitu saja, diikuti dua orang
tadi sehingga membuat semua teman seangkatannya menatapnya.
Yeah, Lucas dan seluruh jajaran sudah sangat terkenal. Sangat aneh
memang jika murid unpopuler seperti Freya tiba-tiba jalan diikuti Aditya
dan Dareen yang gantengnya buat siswi memekik tertahan menahan decakan
kagum.
"Udah sampai. Jangan ikuti lagi." Kata Freya begitu sampai di depan kelasnya.
"Ok. Amanat sudah dijalankan."
Dareen langsung berbalik tapi tidak dengan Aditya. Dia masih menatap
Freya beberapa saat lalu mengedikkan bahunya menyusul Dareen yang sudah
jauh. Sedangkan Freya diam saja merasa aneh dengan teman Lucas yang satu
ini. Seperti punya kepribadian ganda yang misterius. Satu sisi dia akan
cerewet dan menggoda, lalu sisi lainnya diam saja dingin.
Membingungkan.
Dilain tempat. Ara berdiri meraih pagar pembatas menatap lapangan
basket dibawah sana dengan Lucas yang berdiri di sebelahnya dengan
bersandar pagar melihat ke arahnya lalu ikut menatap arah mata Ara.
"Kau tertangkap memandanginya." Bisik Lucas pelan dari arah belakang, menguncinya.
Terkejut. Ara langsung membuang muka, berpura-pura bersikap biasa saja seakan dia tidak melakukan apapun.
"Aku tidak suka kau memandangi adikku dengan wajah seakan kau ingin memakannnya seperti itu."
"Jangan bicara omong kosong. Mundur dan menyingkirlah."
"Tidak sebelum kau melihatku."
"Untuk apa?"
"Kau memandangi L."
"Aku tidak memandangi Kak L." Bantah Ara terlalu cepat. Terlihat semakin ketara.
"Maka dari itu lihat aku."
Ara segera berbalik, agak terkejut jarak mereka terlalu dekat dan
wajah Lucas bukan wajah yang biasanya. Kosong, tenang, tapi menyimpan
semuanya secara rapat.
"Aku tidak memandang...."
"Aku tidak suka."
"Apa?" Agak tidak nyaman bicara dengan posisi seperti ini. Tubuh jangkung Lucas membungkuk mensejajarkan wajah mereka.
"Kau hanya boleh melihatku, memandangiku. Meskipun kau tidak suka,
aku akan terus menghalau pandanganmu agar aku tetap ada di depan
matamu."
"Jangan gila!"
"Kau yang membuatku gila sekarang."
"Lucas ini tidak lucu." Ara benar,benar melupakan senior junior sekarang.
"Apa aku terlihat sedang melucu?"
"Kau..."
"Ya aku. Bukankah sudah ku katakan kemarin? Dan ya, aku ingin kau menyukaiku. Kau harus menyukaiku. Dan kau..."
Kriiing....
Bunyi ponsel Ara bagai angin segar setelah keadaan yang menyesakkan. Lucas mundur selangkah membiarkan Ara mengangkat ponselnya.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Ah ya.."
"Aku lihat kau bersandar di pagar atap. Kau dengan siapa? Sungguh baik baik saja?"
"Ya, Kak."
Tut.. tut.. tut..
"Dia bahkan sudah memiliki nomor ponselmu."
"Itu..."
Ah sial, ada apa dengan pria di depannya sekarang?
"Pinjam ponselmu!"
"Untuk apa?"
"Berikan sekarang!"
Ara berusaha lari menyimpan keganasan Lucas yang entah kerasukan apa
hari ini. Sebenarnya apa yang dipikirkan pria itu. Dia terlihat
mengerikan. Wajah yang keras seperti wajah yang... ah tidak. Dia..
"Kau mengingatku, Ara? Kau yang memanggil namaku. Kau yang menarikku."
"Lucas?"
"Kau mengenalku?"
"Jadi kau..."
Lucas tidak menyia-nyiakn keterkejutan Ara dan segera merebut ponsel
gadis itu lalu diambil sim cardnya dengan ponsel berakhir mengenaskan di
lantai.
"Apa yang kau lakukan?"
"Jika dia memiliki nomor ponselmu. Aku harus lebih darinya jika ingin memilikimu."
Ara tidak percaya dengan yang baru saja dia dengar. Orang gila macam apa yang ada di depannya saat ini.
"MENJAUH DARIKU BRENGSEK!!!"
"Selamat belajar, Ara. Aku akan menjemputmu di kelas saat pulang nanti. Jangan berusaha untuk kabur. Karena itu sia-sia."
Jatuh. Hancur seperti puing-puing ponselnya. Dia salah langkah. Lucas
salah langkah. Dia brengsek. Dia tidak tahu cara memperlakukan wanita.
Dia bodoh. Dia jahat. Dia egois dan kejam. Dia arogan dan tidak tahu
diri. Dia brengsek. Lucas brengsek.
"Dia tidak akan pernah mendapatkan hatiku jika dia terus seperti itu."
----------------------------------------------