L U C A S #PROLOG
#PROLOG
------------------------------------------------------
Lari..
Aku benci lari. Tapi aku
tidak bisa berhenti. Seseorang di depanku tidak mau berhenti dan terus
menarik pergelangan tanganku agar terus mengikutinya. Kakinya menapaki
trotoar secepat yang dia bisa, seakan mengabaikanku yang sudah sangat
kelelahan. Dadaku sudah terasa sesak karena sirkulasi udara yang tidak
lancar karena terus berlari. Aku mendongak. Mata yang tajam, wajah keras
dengan rahang yang kokoh. Hidungnya tegak mancung memberi kesan arogan.
Alisnya tebal menyatu membuatnya tampak semakin garang. Aku tidak tahu
siapa pria ini. Dia datang tiba-tiba menabrakku dan menarik tanganku
untuk diajaknya berlari. Kencang dengan tiga orang berbadan besar bahkan
mungkin tiga kali lipat dari tubuhku sedang mengejar kami.
Mataku berkabut. Jangan.. jangan pingsan.. Tubuhku sudah seperti melayang. Dan...
Punggungku menabrak
tembok cukup keras sampai membuatku mengaduh tertahan karena buru-buru
tangan besar miliknya yang sejak tadi membawa sebuah tas hitam yang
mungkin juga diincar oleh orang-orang tadi. Membekap mulutku dan
merapat, dia mendekatkan wajahnya ke arahku.
deg.. deg..
Ini pose yang mampu
membuat semua orang salah paham jika melihatnya. Dan mungkin sekarang
jantungku salah paham. Kenapa dia berdetak begitu kencang? jangan sampai
pria asing di depanku bisa mendengar. Memalukan. Aku tidak pernah
merasakan ini sebelumnya. Sama sekali tidak pernah. Tetapi pria asing di
depanku dengan aura gelap disekitarnya, ada bekas luka samar di
keningnya tertutup poni dan terlihat tipe berandalan yang sangat aku
hindari. Pria dengan tubuh jangkung membungkuk ke arahku, masih dengan
membekap mulutku, terengah atas aksi larinya tadi tiba-tiba menatap ke
arahku tepat di mataku, aku terkesiap. Ini justru semakin memperparah
sirkulasi pernafasanku. Dia luar biasa tampan. Ya Tuhan, kakiku rasanya
tidak bisa lagi menapak dengan benar. Garis keras bad boy menawan yang
sering diceritakan teman-temanku. Bahwa bad boy itu keren, bad boy itu
beda, bad boy... ya memang luar biasa.
"Kau tunggu disini. Jangan kemanapun."
Hah? Aku tersadar dari
khayalanku. Dia mau pergi, tapi tidak mengijinkanku pergi. Apa ini
dongeng? Ini bukan ftv atau jebakan dengan kamera tersembunyikan?
"Siapa namamu?" tahanku.
Dia menaikkan satu
alisnya aneh mendengar pertanyaanku. "Hei nona, sekarang bukan waktu
yang tepat untuk berkenalan. Aku harus menghabisi mereka dulu atau
mereka yang akan menghabisi kita berdua."
"Katakan siapa namamu!" ucapku keras kepala.
Entah setan apa yang merasukiku. Aku ingin tahu siapa namanya, nama pria ini, yang telah menjebakku dalam permainannya.
Terpesona? Tentu. Tapi dia bukan tipe ku. Pria teladan, baik, romantis, seperti di drama korea. Tapi ini...
"Lucas!"
Arogan dengan nama arogan.
Belum sempat aku
bertanya lebih jauh, dia sudah berjalan keluar dari tempat persembuyian
kami, gang sempit yang becek karena hujan sejam lalu.
"Ck~ yak! orang tua. Aku
menghindar karena aku tidak ingin kalian terluka." decak Lucas kesal.
"Tetapi kenapa kalian bebal sekali."
"Ck~ bocah ingusan
ini.." umpat Pria dengan badan lebih gelap muak dengan celotehan anak
muda kurang ajar yang tidak mau minta maaf dan mencari gara-gara di
tempatnya.
"Baiklah! Kita
persingkat saja. Ayo maju satu-satu," Lucas sudah siap menerima serangan
dari tiga orang yang jelas bisa membuatnya babak belur atau mati
kehabisan darah.
Aku hanya bisa membuka
mulutku tidak percaya dengan apa yang dikatakan pria yang baru saja
menarik tanganku. Orang macam apa dia itu? Percaya diri dan kurang ajar.
Aku memang tidak tahu menahu titik permasalahannya. Tetapi melihat raut
muka preman preman galak yang siap memberi Lucas bogem mentah membuatku
bisa menerka, kesalahan dominan ada pada Lucas dan aku terlibat
sekarang. Hah!
Oke aku ralat sekarang
kalau aku terpesona padanya. DIA BUKAN TIPE KU. Kurang ajar, keras
kepala, arogan. Apa dia pikir dia Choi Young Do?
Berjongkok sambil
menyumpal kedua telingaku yang mengalunkan suara merdu Leroy Sanchez.
Tidak peduli dengan apa yang tengah terjadi. Hei! Aku tidak terlibat dan
tidak mau terlibat. Tapi apa sebenarnya isi tas itu? Hmm... apa
jangan-jangan narkoba. Ya Tuhan aku berurusan dengan bandar narkoba.
Tidak.. tidak. Dia memang berandal tapi sepertinya dia bukan pecandu.
Soalnya dia bisa berlari kencang, tapi tunggu... apa hubungannya ya
pecandu dengan berlari kencang?
Lupakan!
Kreek!!
Isinya.
Eh? Buku pelajaran? Tempat pensil warna pink? Eeeh. Ternyata badan preman tidak menjamin kalau dalamnya hello kitty.
"Bukankah tidak sopan menggeledah tas milik orang saat pemiliknya tidak ada?"
Eh? Aduh. Ketahuan kan.
Aku berdiri dan kembali memasang poker face.
"Bukankah tidak sopan juga menarik orang asing ikut lari?" Balasku.
"Ck! Pulanglah!" dia berbalik begitu saja sambil merebut tas hitam yang masih belum luput dari pandanganku.
Apa itu miliknya? Dengan badan, wajah dan kepribadian seperti itu? Apa milik adiknya? Atau jangan-jangan kekasihnya?
Yak! Apa peduliku?
Dan lihatlah dia pergi
begitu saja? Tidak ada kata maaf karena telah melibatkanku. Tidak ada
basa-basi mengantarku pulang. Atau sekedar ganti menanyakan namaku.
"Yak! Kau... L U C A S!!"
Lucas diam saja
berbalik. Segera aku hadiahi dia tendangan super dahsyat pada tulang
keringnya dan menginjak kaki lainnya. Bagaikan bambu dia tumbang begitu
saja. Mampus.
Sekarang ganti kabur.
Melihat pria berbadan besar tergeletak di jalan tentu bukan perkara
bagus jika aku masih diam disini dengan seorang Lucas. Bisa-bisa ganti
aku yang mampus.
Setelah cukup jauh
berlari, dan tidak ada tanda-tanda mengejar. Justru di depanku sosok
jangkung itu. Tapi berbeda. Tapi mirip.. sama.. persis.. dia siapa?
"Lucas?" Gumamku.
"Kau mengenalku?"
Looooh.. ini Lucas yang mana lagi?
--------------------------------------------------------------------------------