Rainy Day

2:30 PM 0 Comments A+ a-

Hujan masih hal biasa. Bukanlah hal yang ku tunggu datangnya untuk tinggal selamanya. Dulu.





Saat itu kau memeluk dirimu dari hawa dingin yang menggelitik kulit sampai ke tulang. Saat rasa tidak nyaman begitu jelas terukir dari wajah oval dengan mata hazel teduh dan hidung mancung dengan pipi yang merona karena kedinginan. Lengan yang bergesekan dengan lengan lainnya membuatmu bergerak mundur menjaga jarak bahwa kau tidak nyaman, tidak suka berada di posisimu saat itu. Kedinginan dan bersentuhan dengan orang asing, tanpa sengaja.

Aku yang sejak tadi bersandar pada tiang halte dengan headphone meredam tetesan irama hujan menjadi lagu merdu sambil mengagumi siapa gerangan gadis cantik dengan raut kesal yang menggemaskan sambil memeluk dirinya sendiri.

Sampai akhirnya sepasang hazel menangkap basah si mata keranjang yang terus nenikmati setiap lekuk bidadari Tuhan yang terjebak diantara belasan manusia di tengah hujan, becek menyebalkan.

Alih alih marah, tak kuduga justru kau berjalan mendekat dan tersenyum ke arahku membuatku kelabakan sendiri. Menurunkan headphone, mencekik leher. Hei apa ini?

"Maaf untuk.."

"Tidak masalah! Aku tahu aku cantik dan menarik hehe."

Aku tertegun sebentar.

"Not bad.."

"Apanya?"

"Humor."

"Haha! Jika aku tidak menarik, kau tidak akan menjadikanku sebagai objek."

Haha. Dia benar.

"Aku tertangkap basah rupanya."

"Seperti itulah."

Berawal dari sana, obrolan kita berlanjut. Aku jadi tahu kebiasaanmu yang suka menyembunyikan helai halus ke belakang telinga saat berbicara, menutup mulut saat tertawa, memalingkan muka saat tersipu, dan mata teduh yang menyihirku untuk terus menatapmu.

Hujan masih belum ada tanda-tanda akan berhenti. Menjebak kita untuk terus bersama bahkan disaat sudah kehabisan kata-kata.

Jaket yang menyelimutiku dari dinginnya hujan sudah merengkuh tubuh mungil yang tampak tenggelam membuatmu tampak semakin kecil.

Belum sempat aku bertanya tentang sesuatu hal yang mengganjal, sesuatu hal yang menjadi alasan dari 'menarik', suara klakson membuatmu menegakkan tubuh dan melambai pada seseorang di dalam mobil mewah yang amat sayang harus kotor dan terkena hujan.

"Sepertinya aku harus pergi. Sampai jumpa Leo."

Aku mengangguk. Beban di dada tetap menjadi beban, bahkan semakin parah. Kau pergi, tidak tinggal untuk selamanya. Seperti hujan.

Tapi apapun itu aku akan tetap menagih 'Sampai jumpa' yang kau katakan.

Sampai jumpa.

Dipertemuan selanjutnya, akan ku buat kau tinggal untuk selamanya.

Hai \m/ Omega here. Glad to know you guys. Enjoy with me OK!!